Selasa, 13 Oktober 2009

KETIKA DITIMPA MUSIBAH DAN BALA BENCANA......apa tindakan kita?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Apabila musibah menimpa kita, maka kita harus segera mengambil sikap agar beban menjadi ringan bahkan menjadi rahmat.

Pertama, apabila ditimpa musibah hendaknya kita membaca ’innaalillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun’ (“Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan dikembalikan”).

Allah Ta’ala berfirman,

“iaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengucapkan“innaalillaahi wa-innaa ilaihi raaji’un”.

Rasulullah bersabda,

“Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu beristirjaa’ niscaya Allah Ta’ala akan memberi ganjaran pada musibahnya dan akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya”. (HR.Muslim)

Ucapan istirjaa’ mengandung pengertian bahwa diri kita, keluarga dan harta benda adalah milik Allah Ta’ala. Ketika kita lahir, kita tidak memiliki apa-apa. Demikian pula sampai kita meninggal nanti kita tidak akan membawa apa-apa. Semua itu akan kita tinggalkan dan kita tidak akan membawa sesuatu, kecuali amal solih kita. Karena itu,persiapan diri adalah mutlak untuk menghadapi hari tersebut.

Kedua, hendaknya kita yakin dengan takdir Allah Ta’ala baik dan buruknya.
Ini penting, karena keyakinan dengan rukun iman yang keenam ini akan meringankan beban kita.

Iman kepada takdir memberi kita semacam ‘kekebalan diri’ dengan kesedaran sedalam-dalamnya bahwa segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi itu telah tertulis di lauh al-mahfuzh.

Dengan demikian, apapun yang menimpa kita tetap berada di dalam bingkai kesadaran, sehingga musibah akan terasa lebih ringan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam do’anya yang terkenal, “…anugerahkanlah pada kami keyakinan yang menjadikan musibah terasa ringan…”. (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Allah Ta’ala berfirman, artinya,

Tiada satu bencanapun yang menimpa di muka bumi dan tidak pula pada dirimu kecuali telah tertulis pada kitab sebelum kami menciptakannya. Sunggguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan agar kamu tidak terlalu gembira dengan apa yang diberikan Allah padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Al-Hadiid: 22-23)

Ketika ada hal-hal yang luput, mengalami penderitaan, menghadapi kesulitan, kita tidak terlalu bersedih hati dan menjadikan kita berprasangka buruk kepada Allah.

Ketiga, hendaknya kita bersyukur karena musibah yang menimpa kita tidaklah lebih besar dari yang menimpa orang lain. Begitu banyak orang yang mendapatkan musibah jauh lebih menganaskan daripada kita.

Seberat manapun musibah dunia yang menimpa kita, yakinlah masih ada lagi yang lebih berat. Tidak sedikit orang yang sebenarnya terkena musibah tapi dia tidak menyadarinya, yakni’ tertimpa musibah dalam agamanya.

Yang mengherankan adalah tidak sedikit orang terjatuh pada musibah agama(musibah diniyah), namun ia sedikitpun tidak merasa sedih. Terjatuh pada perzinaan, makan riba, membunuh jiwa yang tidak halal, pergi ke dukun atau tukang ramal dan membenarkannya adalah di antara musibah diniyah, bahkan yang terakhir bisa menggelincirkan pelakunya dari Islam..

Itulah sebabnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita sebuah do’a agar kita tidak terjerumus musibah ini.

Dalam do’anya baginda bersabda,

“Ya Allah jangan engkau jadikan musibah kami dalam agama kami”. (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Keempat, hendaknya kita sedapat mungkin tidak berkeluh kesah, menggerutu atas musibah yang melanda kita.

Sebab itu semua tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang. Berkeluh kesah juga menunjukkan seseorang tidak redha dengan takdir Allah Ta’ala. Bagi mereka yang menjaga solatnya, menjaga kehormatannya, menunaikan zakat, berimankepada Allah Ta’ala dan Hari Kemudian, maka tidak akan berkeluh kesah.

Mengeluh kepada manusia juga tidak tidak memberi banyak manfaat,karena bisa menodai kesabaran dan keredhaan. Para salafus shalih jika mereka ditimpa musibah sekecil apapun, dia langsung mengeluhkannya kepada Allah. Bahkan di antara mereka ada yang mengeluh kepada Allah karena tali sendalnya putus.

Kalau musibah mereka tergolong berat, seperti kematian anak, orang tua, kerabat dan lain-lain mereka berusaha menyembunyikannya dan tidak mengabarkannya kecuali untuk urusan memandikan, mensolatkan, dan menguburkannya.

Kelima, kita harus yakin bahwa apa yang menimpa jika kita sabar dan ridha, maka Allah Ta’ala pasti memberikan gantinya.

Allah Ta’ala akan memberi kenikmatan, berkah, kelezatan, kebaikan yang berlipat ganda.Bahkan musibah yang melanda akan menghapuskan dosa-dosa dan akan menyucikan jiwa-jiwa kita.

Allah Ta’ala berfirman, artinya,

Mereka itulah yang akan mendapatkan selawat dari Tuhannya, rahmat dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” . (QS. al-Baqarah: 157).

Semoga kita menyikapi(mengambil sikap terhadap) setiap bencana yang menimpa kita dengan baik dan benar, sabar dan redha serta selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala, insya-Allah kita akan mendapatkan kelezatan iman.

Oleh : Fariq bin Gazim Anuz
Sumber : Hikmah dibalik Musibah (Risalah untuk orang-orang yang tertimpa musibah dan dirindung duka). al-Sofwah

Tiada ulasan:

Catat Ulasan