Entri pada hari ini , saya catatkan sebagai nukilan sebelum melelapkan mata dan sebagai peringatan kepada diri saya yang sudah hampir seminggu diuji dengan gangguan kesihatan (demam) yang seperti belum mahu surut.
Sebagai hamba Allah, setiap yang berlaku kepada
kita sudah tentu ada sebabnya.
Rasulullah pernah bersabda, “Aku
mengagumi seorang mukmin kerana selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya.
Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya
ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menempuhinya dengan sabar) bahawa di
dalamnya ada kebaikan pula.” (HR Muslim)
Itulah gambaran seorang mukmin. Setiap aktiviti dalam kehidupannya selalu mendatangkan kebaikan. Dalam hadis
itu, Rasulullah menjelaskan dua keadaan
yang ada dalam diri manusia, iaitu
kesenangan dan kesedihan. Dua keadaan itu dapat membezakan yang mana antara mereka termasuk dalam
kalangan orang mukmin atau orang yang tidak beriman . Orang-orang mukmin selalu
besyukur ketika memperoleh kesenangan dan selalu bersabar ketika ditimpa musibah.
Syukur ketika memperoleh kebaikan
atau kesenangan adalah sesuatu yang mudah untuk dilakukan tetapi sabar ketika ditimpa musibah adalah
sesuatu sangat sulit untuk dilakukan. Hal itulah yang akan membezakan tingkatan
keimanan seseorang. Semakin besar ujian yang diterima dan dia dapat bersabar maka semakin
tinggi pula darjat seseorang di sisi
Allah SWT.
Salah satu ujian kesabaran bagi seorang muslim adalah
sakit. Sakit bagi seseorang memiliki banyak hikmah
Pernah diriwayatkan Rasulullah menjenguk Salman al-Farisi yang tengah
berbaring sakit. Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya ada tiga pahala yang
menjadi kepunyaanmu di kala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan daripada Allah SWT, doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit
yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”
Rasulullah turut melarang untuk mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit
demam dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda. “Janganlah kamu
mencela demam. Kerana sesungguhnya demam itu mengikis kesalahan anak cucu Adam
sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)
Sebab itu, apabila kita sakit maka kita perlu sentiasa ingat bahawa ada
yang tersirat di sebalik sakit yang datang itu. Selain daripada Allah ingin
menghapuskan dosa, sakit juga adalah peringatan yang datang daripada Allah
kepada kita.
Hikmah Sakit
Dalam sebuah buku yang berjudul Yas ’alunaka fi al-Dinwa al-Hayat
dan dikutip dalam Tabloid Syiar, Dr. Ahmad al-Syurbasi menulis ada lima hikmah
daripada sakit yang dialami manusia.
Pertama, sakit merupakan kesempatan untuk
beristirahat.
Kecenderungan manusia saat sihat adalah memperlakukan tubuhnya laksana
robot. Ia terus bekerja demi mengejar kenikmatan dan kesenangan materi tanpa
henti dan tanpa memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ia tidak menyedari bahwa
otot-otot yang ada dalam tubuhnya memiliki keterbatasan. Maka ketika seseorang
sakit, ia memperoleh kesempatan untuk beristirahat, sambil melakukan introspeksi
dan berfikir untuk memperbaiki pola hidupnya setelah ia sembuh nanti.
Kedua, sakit merupakan pendidikan.
Ketika seseorang sakit parah, ia akan memahami betapa mahalnya nilai
kesihatan. Ia pun rela mengeluarkan segala yang ia miliki demi kesembuhan
penyakitnya.Ketika seseorang sakit, ia akan merasakan betapa nikmatnya selalu
ditemani, dilayani, disediakan makanan, dan yang paling nikmat dihibur. Maka,
setelah sembuh nanti, ia akan tahu apa yang harus ia lakukan ketika orang lain
yang sakit.
Ketiga, sakit merupakan teguran atas kesombongan
manusia.
Ketika sihat, manusia terkadang bertingkah seolah-olah dialah yang paling
gagah, paling berkuasa dan paling berpengaruh. Tapi ketika sakit menderanya,
segagah apapun menusia, sebesar apapun manusia dan sebesar apapun pengaruhnya,
ia tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Ketika itu, ia tidak lebih daripada selonggok tulang dan darah yang dibungkus kulit.
Keempat, sakit merupakan kesempatan untuk
bertaubat dan menghapus dosa.
Hal ini bukan hanya dilakukan oleh yang soleh, orang sejahat apapun ketika
sakit parah tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya tidak ringan lagi. Mulutnya tak
mampu mencacimaki lagi. Yang ada hanyalah penyesalan dan penyeselan. Di samping
itu, sakit yang dideritai manusia merupakan kesempatan untuk memohon ampun atas
dosa-dosanya. Dalam hadis diterangkan. “Tidaklah seorang muslim tertimpa
keletihan, sakit, kebingungan, kesedihan dan keruwetan hidup, atau bahkan
tertusuk duri, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Muttafaq Alaih).
Kelima, sakit merupakan kesempatan untuk
memperbaiki hubungan keluarga dan sosial.
Ketika seseorang sakit, kerabat dekat akan semakin dekat, kerabat jauh akan
menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. Ketika seorang anak sakit,
orang tua akan semakin sayang dan memberikan perhatian terhadap anaknya.
Sebaliknya, ketika orang tua sakit, sang anak akan semakin sayang dan hormat
kepada orang tuanya.
Mudah-mudahan Allah sentiasa memberikan peringatannya kepada kita.
Ya Allah, trma kasih cikgu, catatan ini membuatkn ibu sy gmbira ttg ujian yg Allah berikn utk ibu di saat sy bacakn hikmah sakit utknya... Alhamdulillah, ibu saya tlh pun pergi menghadap Allah 1/10/2013 dlm keadaan cukup tenang,cukup indah.. ALLAHURABBI ;)
BalasPadam